Oleh Muhammad Ilham Syahroni
Mahasiswa STEI SEBI DEPOK <syahroniilham01@gmail.com>
Al-‘adl yakni berprilaku adil. Perilaku adil merupakan kebaikan qolbu (hati). Sedangkan sikap zalim merupakan kerusakan qolbu (hati), oleh alasannya yakni itu, seseorang yang melaksanakan dosa apa saja berarti ia telah menzalimi dirinya sendiri, alasannya yakni kezaliman itu kebalikan dari keadilan. Kaprikornus ia telah berprilaku adil terhadap dirinya sendiri , akan tetapi berprilaku zalim. Kebaikan qolbu itu terletak pada sikap adil. Sedangkan kerusakan hati itu terletak pada sikap zalim. Kalau seorang hamba menzalimi dirinya sendiri,berarti dialah yang berprilaku zalim dan ia pula yang telah dizalimi. Demikian juga dikala ia berprilaku adil, dirinyalah yang berprilaku adil, dirinyalah yang berprilaku adil dan dirinya juga yang diperlakukan adil. Karena dialah yang melaksanakan dan kepadanyalah akhir perbuatan itu akan kembali, baik berupa kebaikan tau keburukan. Allah Subhanahuwata’ala berfirman: لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ
“Ia menerima pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia menerima siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al Baqarah : 286)
Dan amal perbuatan itu mempunyai efek terhadap hati,berupa manfaat, mudharat,dan kebaikan, sebelum ia memperlihatkan imbas terhadap apa yang diluar qolbu. Oleh alasannya yakni itu baiknya langsung itu berarti perlakuan adil terhadap langsung sendiri. Dan buruknya langsung itu berarti perlakuan zalim terhadap langsung itu sendiri. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:
مَّنْ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفْسِهِۦ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri.” (QS. Fushshilat : 46)
Allah Subhanahuwata’ala juga berfirman :
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
"Jika kau berbuat baik (berarti) kau berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jikalau kau berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri." (QS. Al-Isra' : 7)
Sebagian generasi terdahulu menyampaikan bahwa kebaikan itu membawa cahaya ke dalam qolbu (hati) , menghasilakan kekuatan pada tubuh, menimbulkan sinar wajah,membawa kelapangan rizki, dan melahirkan kecintaan di qolbu (hati) orang banyak. Dan sebetulnya keburukan itu membawa kegelapan ke dalam qolbu (hati) menimbulkan kesuraman di wajah, mengakibatkan kelemahan pada tubuh,membuat rizki menjadi sempit dan melahirkan kebencian di qolbu (hati) orang banyak.
Allah Subhanahuwata’ala berfirman :
كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Tiap-tiap insan terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thuur : 21)
Allah Subhanahuwata’ala berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
"Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya." (QS. Al-Muddatstsir : 38)
Allah Subhanahuwata’ala juga berfirman :
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَا يُؤْخَذْ مِنْهَا
“Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu biar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, alasannya yakni perbuatannya sendiri.” (QS. Al-An’am : 70)
Tubsal maksudnya ditahan, ditawan.seperti halnya badan manakala telah pulih dari sakitnya. Orang akan menyampaikan bahwa kondisi tubuhnya telah seimbang. Sakit itu tidak lain yakni kondisi badan yang tidak seimbang. Meskipun begitu, kondisi seimbang secara penuh tanpa sedikitpun adonan itu tidak akan pernah tercapai. Begitu pula sikap adil,sehatnya hati tergantung dari proporsi keadilan walaupun keadilan belum tentu insan sanggup tepat dengannya, setidaknya kita senantiasa berbuat adil dalam banyak sekali aspek.
Allah Swt telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab biar insan sanggup menerapkan keadilan.dan keadilan yang paling agung yakni menyembah hanya kepada Allah Subhanahuwata’ala tidak ada sekutu baginya. Kemudian berprilaku adil terhadap dirinya sendiri.
Kezaliman pun mempunyai banyak sekali macam dan kezaliman merupakan penyakit hati. Sedangkan berprilaku adil merupakan kesehatan dan kebaikan hati. Ahmad bin hambal menyampaikan kepada sebagian orang : ”Kalau engkau dalam keadaan sehat, tentu engkau tidak akan takut terhadap siapapun.” Maksudnya rasa takutmu terhadap mahkluk itu yakni akhir penyakit pada dirimu,seperti penyakit kesyirikan dan dosa-dosa.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan ihwal kebaikan hati dengan sikap adil. Kunjungilah selalu etikahidupmuslim.blogspot.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Daftar Pustaka
https://tafsirq.com/ ( Disadur pada 13 April 2018 : 05.30)
Tim Naskah Asyifa, Kebaikan Hati, (Asyifa :2012) hal : 24