A. Lafal Bacaan Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 80 dan Artinya.
Man yuthi'i rrasuula faqad athaa'a laaha waman tawallaa famaa arsalnaaka 'alayhim hafiizhaa.
"Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, bahu-membahu ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka." (QS. An-Nisa" : 80)
B. Isi Kandungan Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 80.
Kalimat فَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. Dimaksudkan biar Rasul Saw., tidak menggebugebu dalam mendakwahi dan merasa bersalah bila insan tidak beriman. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban yang sedemikian besar.
Perintah atau larangan yang berasal dari Rasulullah Saw dalam perkara-perkara di luar agama hukumnya bukan wajib atau haram. Ketaatan kepada Rasulullah Saw yaitu juga merupakan satu bentuk ketaatan kepada Allah Swt. Pada dasarnya, ketaatan kepada Rasulullah ini seharusnya bukanlah berangkat dari al-Qur`an semata, akan tetapi hal ini alasannya yaitu sosok dia yang ideal untuk diteladani. Beliau bergelar al- Amin semenjak sebelum mendapatkan risalah, mufassir al-Qur`an, mufti (pemberi fatwa), hakim, khalifah atau pemimpin, suami, bapak dan eksklusif atau individu yang akhlaknya sangat mulia. Bahkan Allah menegaskan akan kemuliaan adab dia dalam QS. Al-Qalam [68] ayat 4 :
“dan Sesungguhnya kau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Setelah al-Qur`an, seorang peneliti barat Michael H. Hart, yang menulis “100 Tokoh Yang Paling Berpengaruh” pada tahun 1978, menempatkan Rasulullah Muhammad pada peringkat pertama, Nabi Isa menempati peringkat ketiga, sedangkan Isaac Newton peringkat kedua.
Rasulullah Saw bukanlah sosok yang otoriter. Beliau mendapatkan pendapat, wangsit dan masukan para sahabat sesuai dengan kompetensi atau keahlian mereka masingmasing, contohnya di bidang pertanian atau pertahanan. Menurut sejarah, para sahabat bertanya terlebih dahulu apakah perintah atau larangan itu dari Allah Swt atau pendapat Rasulullah sendiri. Jika dari Allah Swt maka mereka menaati tanpa raguragu dan bila ini pendapat Rasulullah Saw eksklusif maka para sahabat gres memperlihatkan pendapat-pendapat mereka. Sebagaimana ketika Rasulullah Saw memilih daerah untuk pertahanan ketika peperangan Badar, dia mendapatkan wangsit seorang sahabat yang berjulukan Sa’d ibn Muaż dan wangsit Salman Al-farisi pada dikala perang Khandaq.
Contoh lain, pada negosiasi Hudaibiyah, sebagian besar sahabat berat hati mendapatkan rincian perjanjian itu. ‘Umar bin Khattab secara tegas mempertanyakan mengapa syarat perjanjian itu diterima. Akhirnya semua melongo dan mendapatkan dengan ikhlas sesudah Rasulullah Saw bersabda “Aku yaitu utusan Allah“. Demikian para sahabat membedakan kedudukan dia sebagai Rasul dan pribadi.
Ayat ini juga menegaskan biar Rasulullah Saw tidak perlu mengambil tindakan kekerasan atau memaksa orang-orang untuk taat, alasannya yaitu pada hakekatnya dia diutus bukanlah sebagai penjaga amal-amal perbuatan mereka. Beliau diutus hanya untuk memberikan informasi bangga dan peringatan. Sedangkan, imbalan bagi orang-orang yang tidak mau taat yaitu terserah kepada Allah Swt, hendak diberi ganjaran dan ataukah mendapatkan hukuman. Beriman atau tidaknya seseorang bukanlah alasannya yaitu paksaan akan tetapi kesadaran sesudah melalui proses berfikir.
Pada hakekatnya, perintah dan larangan Allah Swt yaitu wujud kasih sayang-Nya kepada kita. Allah Swt memberi kita perintah alasannya yaitu Allah Swt tahu betul bahwa apa yang diperintahkan-Nya itu bermanfaat bagi manusia. Allah Swt memerintahkan kita shalat, puasa, menolong orang lain, berbuat jujur, menjaga kebersihan jasmani dan ruhani, dan perintah-perintah yang lain alasannya yaitu semua itu diperlukan manusia. Semua yang diperintahkan yaitu membawa kebaikan, keselamatan, keberuntungan, dan kebahagiaan. Demikian juga larangan-Nya, semata-mata untuk mencegah kita dari kehancuran. Allah Swt melarang kita mendekati zina, berjudi, minum khamr, melaksanakan korupsi, dan larangan-larangan yang lain alasannya yaitu semua itu akan membawa kehancuran bagi kehidupan manusia.
مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ ٱللَّهَ ۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
Man yuthi'i rrasuula faqad athaa'a laaha waman tawallaa famaa arsalnaaka 'alayhim hafiizhaa.
"Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, bahu-membahu ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka." (QS. An-Nisa" : 80)
B. Isi Kandungan Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 80.
Kalimat فَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. Dimaksudkan biar Rasul Saw., tidak menggebugebu dalam mendakwahi dan merasa bersalah bila insan tidak beriman. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban yang sedemikian besar.
Perintah atau larangan yang berasal dari Rasulullah Saw dalam perkara-perkara di luar agama hukumnya bukan wajib atau haram. Ketaatan kepada Rasulullah Saw yaitu juga merupakan satu bentuk ketaatan kepada Allah Swt. Pada dasarnya, ketaatan kepada Rasulullah ini seharusnya bukanlah berangkat dari al-Qur`an semata, akan tetapi hal ini alasannya yaitu sosok dia yang ideal untuk diteladani. Beliau bergelar al- Amin semenjak sebelum mendapatkan risalah, mufassir al-Qur`an, mufti (pemberi fatwa), hakim, khalifah atau pemimpin, suami, bapak dan eksklusif atau individu yang akhlaknya sangat mulia. Bahkan Allah menegaskan akan kemuliaan adab dia dalam QS. Al-Qalam [68] ayat 4 :
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“dan Sesungguhnya kau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Setelah al-Qur`an, seorang peneliti barat Michael H. Hart, yang menulis “100 Tokoh Yang Paling Berpengaruh” pada tahun 1978, menempatkan Rasulullah Muhammad pada peringkat pertama, Nabi Isa menempati peringkat ketiga, sedangkan Isaac Newton peringkat kedua.
Rasulullah Saw bukanlah sosok yang otoriter. Beliau mendapatkan pendapat, wangsit dan masukan para sahabat sesuai dengan kompetensi atau keahlian mereka masingmasing, contohnya di bidang pertanian atau pertahanan. Menurut sejarah, para sahabat bertanya terlebih dahulu apakah perintah atau larangan itu dari Allah Swt atau pendapat Rasulullah sendiri. Jika dari Allah Swt maka mereka menaati tanpa raguragu dan bila ini pendapat Rasulullah Saw eksklusif maka para sahabat gres memperlihatkan pendapat-pendapat mereka. Sebagaimana ketika Rasulullah Saw memilih daerah untuk pertahanan ketika peperangan Badar, dia mendapatkan wangsit seorang sahabat yang berjulukan Sa’d ibn Muaż dan wangsit Salman Al-farisi pada dikala perang Khandaq.
Contoh lain, pada negosiasi Hudaibiyah, sebagian besar sahabat berat hati mendapatkan rincian perjanjian itu. ‘Umar bin Khattab secara tegas mempertanyakan mengapa syarat perjanjian itu diterima. Akhirnya semua melongo dan mendapatkan dengan ikhlas sesudah Rasulullah Saw bersabda “Aku yaitu utusan Allah“. Demikian para sahabat membedakan kedudukan dia sebagai Rasul dan pribadi.
Ayat ini juga menegaskan biar Rasulullah Saw tidak perlu mengambil tindakan kekerasan atau memaksa orang-orang untuk taat, alasannya yaitu pada hakekatnya dia diutus bukanlah sebagai penjaga amal-amal perbuatan mereka. Beliau diutus hanya untuk memberikan informasi bangga dan peringatan. Sedangkan, imbalan bagi orang-orang yang tidak mau taat yaitu terserah kepada Allah Swt, hendak diberi ganjaran dan ataukah mendapatkan hukuman. Beriman atau tidaknya seseorang bukanlah alasannya yaitu paksaan akan tetapi kesadaran sesudah melalui proses berfikir.
Pada hakekatnya, perintah dan larangan Allah Swt yaitu wujud kasih sayang-Nya kepada kita. Allah Swt memberi kita perintah alasannya yaitu Allah Swt tahu betul bahwa apa yang diperintahkan-Nya itu bermanfaat bagi manusia. Allah Swt memerintahkan kita shalat, puasa, menolong orang lain, berbuat jujur, menjaga kebersihan jasmani dan ruhani, dan perintah-perintah yang lain alasannya yaitu semua itu diperlukan manusia. Semua yang diperintahkan yaitu membawa kebaikan, keselamatan, keberuntungan, dan kebahagiaan. Demikian juga larangan-Nya, semata-mata untuk mencegah kita dari kehancuran. Allah Swt melarang kita mendekati zina, berjudi, minum khamr, melaksanakan korupsi, dan larangan-larangan yang lain alasannya yaitu semua itu akan membawa kehancuran bagi kehidupan manusia.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal isi kandungan Al-Qur'an surat An-Nisa' Ayat 80 perihal taat kepada Allah dan Rasul. Sumber buku Tafsir Ilmu Tafsir Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu etikahidupmuslim.blogspot.com semoga bermanfaat. Aamiin.