Halaman

Sabtu, 19 Januari 2019

Pengertian Isra’ Mi’Raj Dan Dalil Yang Berkaitan Dengan Insiden Isra’ Mi’Raj

A. Pengertian Isra’ Mi’raj.
Isra’ berdasarkan bahasa berarti perjalanan disebagian malam hari dalam tempo singkat. Dalam Isra, Nabi Saw., “diperjalankan” oleh Allah Swt. dari Masjidil Haram di Makkah hingga Masjidil Aqsha di Palestina. Mi’raj yaitu tangga alatnaik.Dalam Mi’raj Nabi Muhammad Saw. dinaikkan ke langit memakai kendaraan Buraq hingga ke Sidratul Muntaha yang merupakan daerah tertinggi.Tujuan perjalanan tersebut untuk menunjukkan sebagian dari tanda kekuasaaan dan kebesaran Allah Swt., di bumi dan di langit dan mendapatkan perintah sebagai puncak peribadatan yakni shalat.

Menurut istilah Isra’ Mi’raj yaitu kejadian diperjalankannya Rasulullah Saw. dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha/ Bayt al-Maqdis di palestina, kemudian naik ke Sidratul Muntaha dan kembali lagi ke Masjidil Haram di Mekkah pada suatu malam dalam waktu singkat. Sebelum Nabi Muhammad Saw. diperjalankan malam hari itu, hatinya diisi dogma dan hikmah, semoga dia tahan menghadapi segala macam cobaan dan tabah dalam melakukan perintah-perintah-Nya. Peristiwa isra’ secara eksplisit dijelaskan Allah diantaranya dalam QS. al-Isra (17) : 1 dan 78, sementara mi’raj disebut dalam QS. al-Najm (53) : 7-18 dan QS. At Takwir (81) : 19-23.

Beberapa ayat tersebut menggambarkan secara terang bahwa isra’ dan mi’raj Rasulullah Saw. diabadikan dalam al-Qur’an, menunjukkan bahwa kejadian tersebut benar-benar terjadi dan wajib bagi kita untuk mempercayainya. Hal penting yang niscaya disepakati bahwa isra’ dan mi’raj yaitu benar terjadi dan merupakan mukjizat Rasul yang wajib umat Islam beriman kepadanya.

Makara sanggup disimpulkan Isra’ Mi’raj yaitu perjalanan Nabi Muhammad Saw. dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsha dilanjutkan ke Sidratul Muntaha dan kembali lagi ke Masjidil Haram pada suatu malam dalam waktu yang singkat.
Baca Juga :
1. Proses Terjadinya Isra’ Mi’raj dan Tanggapan Masyarakat Tentang Isra’ Mi’raj
2. Rahasia Dibalik Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
B. Dalil yang Berkaitan dengan Peristiwa Isra’ Mi’raj.

1. Al-Qur'an.
QS. al-Isra (17) : 1

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjdil Haram ke Masjidil Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya, semoga perlihatkan kepadanya sebagian dari gejala (kebesaran) Kami, sesungguhnya Dia yaitu Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. al-Isra : 1)

QS. An-Najm : 7-18

وَهُوَ بِٱلْأُفُقِ ٱلْأَعْلَىٰ . ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ . فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَىٰ . فَأَوْحَىٰٓ إِلَىٰ عَبْدِهِۦ مَآ أَوْحَىٰ . مَا كَذَبَ ٱلْفُؤَادُ مَا رَأَىٰٓ . أَفَتُمَٰرُونَهُۥ عَلَىٰ مَا يَرَىٰ . وَلَقَدْ رَءَاهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ . عِندَ سِدْرَةِ ٱلْمُنتَهَىٰ . عِندَهَا جَنَّةُ ٱلْمَأْوَىٰٓ . إِذْ يَغْشَى ٱلسِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ . مَا زَاغَ ٱلْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ . لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ ءَايَٰتِ رَبِّهِ ٱلْكُبْرَىٰٓ

"7. sedang Dia berada di ufuk yang tinggi. 8. kemudian Dia mendekat, kemudian bertambah bersahabat lagi. 9. Maka jadilah Dia bersahabat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih bersahabat (lagi). 10. kemudian Dia memberikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. 11. hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. 12. Maka Apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya perihal apa yang telah dilihatnya? 13. dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, 14. (yaitu) di Sidratul Muntaha 15. di dekatnya ada syurga daerah tinggal, 16. (Muhammad melihat Jibril) dikala Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. 17. penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. 18. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian gejala (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar." (QS. An-Najm : 7-18)

2. Hadis.
a. Qatadah:

عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ لَعَلَّهُ قَالَ عَنْ مَالِكِ بْنِ صَعْصَعَةَ رَجُلٍ مِنْ قَوْمِهِ قَالَ قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَا أَنَا عِنْدَ الْبَيْتِ بَيْنَ النَّائِمِ وَالْيَقْظَانِ إِذْ سَمِعْتُ قَائِلًا يَقُولُ أَحَدُ الثَّلَاثَةِ بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ فَأُتِيتُ فَانْطُلِقَ بِي فَأُتِيتُ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ فِيهَا مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ فَشُرِحَ صَدْرِي إِلَى كَذَا وَكَذَا قَالَ قَتَادَةُ فَقُلْتُ لِلَّذِي مَعِي مَا يَعْنِي قَالَ إِلَى أَسْفَلِ بَطْنِهِ فَاسْتُخْرِجَ قَلْبِي فَغُسِلَ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ أُعِيدَ مَكَانَهُ ثُمَّ حُشِيَ إِيمَانًا وَحِكْمَةً ثُمَّ أُتِيتُ بِدَابَّةٍ أَبْيَضَ يُقَالُ لَهُ الْبُرَاقُ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ

Telah mengisahi kami Anas bin Malik, dari Malik bin Sha’sha’ah ra, ia telah berkata: Telah bersabda Nabi : “Ketika saya di alBait (yaitu Baitullah atau Ka’bah) antara tidur dan jaga”, kemudian dia menyebutkan perihal seorang lelaki di antara dua orang lelaki. “Lalu didatangkan kepadaku ember dari emas yang dipenuhi dengankebijaksanaan dan keimanan. Kemudian saya dibedah dari tenggorokan hingga perut bab bawah. Lalu perutku dibasuh dengan Air Zam Zam, kemudian diisi dengan budi (hikmah) dan keimanan. Dan didatangkan kepadaku hewan putih yang lebih kecil dari kuda dan lebih besar dari baghal (peranakan kuda dan keledai), yaitu Buraq." (HR. Bukhari).

b. Aisyah r.a. berkata,

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ فَرَضَ اللَّهُ الصَّلَاةَ حِينَ فَرَضَهَا رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ فِي الْحَضَرِ وَالسَّفَرِ فَأُقِرَّتْ صَلَاةُ السَّفَرِ وَزِيدَ فِي صَلَاةِ الْحَضَرِ

“Allah memfardhukan salat dikala difardhukanNya dua rakaat-dua rakaat, baik di rumah maupun dalam perjalanan. Selanjutnya, dua rakaat itu ditetapkan salat dalam perjalanan dan salat di rumah ditambah lagi (rakaatnya).” (Dalam satu riwayat: Kemudian Nabi Muhammad Saw. hijrah, kemudian difardhukan salat itu menjadi empat rakaat dan dibiarkan salat dalam bepergian sebagaimana semula." (HR. Bukhari)

c. Saat Nabi Saw. diisrakan ke Masjid al-Aqsha, subuhnya orang-orang membicarakan hal itu. Maka sebagian orang murtad dari yang awalnya beriman dan membenarkan beliau. Mereka memberitahukan hal itu kepada Abu Bakar ra. Mereka bertanya: “Apa pendapatmu perihal sahabatmu yang mengaku bekerjsama dia diisrakan malam tadi ke Baitul Maqdis?” Dia (Abu Bakar) menjawab: “Apakah ia berkata demikian?” Mereka berkata: Ya. Dia menjawab: “Jika ia menyampaikan itu, maka sungguh ia telah (berkata) jujur.” Mereka berkata: “Apakah engkau membenarkannya bekerjsama dia pergi malam tadi ke Baitul Maqdis dan sudah pulang sebelum subuh?” Dia menjawab: “Ya, sungguh saya membenarkannya (bahkan) yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap isu langit (yang datang) di waktu pagi maupun sore.” Maka alasannya hal itulah, Abu Bakar diberi namaash-Shiddiq. (HR. Hakim dari Aisyah ra).

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal pengertian Isra’ Mi’raj dan dalil yang berkaitan dengan kejadian Isra’ Mi’raj. Sumber buku Ilmu Kalam Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu etikahidupmuslim.blogspot.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Facebook Twitter Google+

Back To Top