A. Proses Terjadinya Isra’ Mi’raj.
Isra’ Mi’raj terjadi pada periode selesai kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah. Menurut Abu A’la Maududi dan lebih banyak didominasi ulama, Isra’ Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Manshurfuri, Isra’ Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, sebagian ulama menyebut terjadi pada tahun 12 kenabian.
Menurut banyak keterangan, diriwayatkan bahwa perjalanan Isra’ dimulai saat suatu malam Nabi sedang tidur di Hijr (dekat ka’bah). Malaikat jibril membangunkan Nabi hingga tiga kali, saat Nabi Saw terbangun dari tidurnya melihat ada seekor binatang yang putih antara bagal dan himar, pada kedua pahanya ada dua buah sayap yang menambah cepat jalan kedua kakinya.
Perjalanan Isra’ Nabi Muhammad Saw. dimulai dengan pesucian hati. Disebutkan dalam sebuah hadis sebelum dibawa Malaikat Jibril, Nabi dibaringkan kemudian dibelah dadanya dan dibersihkan hatinya dengan air zam zam.Apakah hati Rasulullah kotor? Pernahkah Rasulullah berbuat dosa? Apakah Rasulullah punya penyakit dendam, iri, dengki atau banyak sekali penyakit hati lainnya? Dapat kita fahami dan kita ambil pengertian bahwa dicuci hati Nabi bukan dari kotoran dosa atau ma’siat.Yang dimaksud dicuci disini yakni dikikis habis dari sifat-sifat yang tercela yang ada pada hati insan biasa.Karena sifat-sifat itu yakni penghalang dalam menghadapi masa-masa usaha seorang pemimpin apalagi seorang Rasul.
2. Rahasia Dibalik Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Perjalanan Isra’ Nabi Muhammad Saw. dimulai dengan salat sebagai rasa syukur di masjidil haram, dilanjutkan ke Thaibah (yatsrib/Madinah, tempat kemudian Nabi hijrah), Madyan (pohon Nabi Musa), Gunung tursina ( tempat Nabi Musa mendapatkan wahyu eksklusif dari Allah) dan Baitullaham (betlehem/ tempat kelahiran Nabi Isa as).
Pada setiap tempat itu Nabi Saw. melakukan shalat sunnah dua rakaat. Pada perjalanan ini, Nabi juga diperlihatkan gambaran-gambaran ihwal umatnya pada masa yang akan datang, kemudian perjalanan diakhiri dengan melakukan salat di Baitul Muqoddas (masjidil Aqsho).
Perjalanan Isra’ Nabi Saw. diakhiri dengan shalat berjama’ah dengan ruh para Nabi (kecuali Isa bin Maryam as) di Baitul Muqoddas (Masjidil Aqsha). Setelah shalat berjama’ah dilanjutkan dengan pidato sambutan dari para Nabi secara bergantian dan Nabi Muhammad Saw. mendapatkan giliran terakhir. Setelah Nabi Saw selesai mengungkapkan syukur kepada Allah Swt, datanglah bidadari dengan membawa baki berisi dua gelas minuman. Segelas berisi susu dan segelas lagi berisi arak. Nabi Saw menentukan susu, kemudian Nabi Saw meminumnya. Ketika itu Malaikat Jibril berkata :”tepat sekali pilihanmu ya Muhammad, minuman itu cocok sekali bagi fitrah manusia, semenjak ia lahir minum susu ibu, murni, orisinil dan bergizi. Seandainya engkau menentukan arak maka umatmu banyak yang mendurhakaimu dan sedikit sekali yang mengikutimu”.
Setelah Nabi-nabi mengucapkan pidato sambutan, kemudian mereka meninggalkan Masjidil Aqsha. Nabi Muhammad Saw bersama Jibril dan Mikail keluar meninggalkan masjid, di halaman masjid ada sebuah kerikil besar, diatas kerikil itulah diletakkan sebuah alat semisal tangga untuk naik ke langit.Tangga itu mempunyai anak tangga sepuluh buah.Ujung bawah tangga itu terletak diatas kerikil shakhroh atau kerikil besar. Ketika diinjak anak tangga yang pertama maka akan eksklusif mencapai langit pertama begitu seterusnya.
Dengan mengucap basmallah Nabi menaiki tangga itu bersama jibril maka dengan seketika itu telah berada dilangit pertama dimuka pintu gerbang langit pertama “Babul Hafzhah”, disitu berdiri malaikat pengawal langit pertama yang berjulukan Ismail yang mempunyai anak buah 70.000 Malaikat dan tiap-tiap Malaikat mempunyai 70.000 Malaikat. Dilangit pertama Nabi berjumpa dengan dengan Nabi Idris As. langit kedua dengan Nabi Isa As. dan Nabi Yahya As. langit ketiga dengan Nabi Yusuf As. langit keempat dengan Nabi Idris As. langit kelima dengan Nabi Harun As. langit ke enam dengan Nabi Musa As. dan langit ketujuh dengan Nabi Ibrahim as.
Kemudian dari langit ke tujuh Nabi di ajak ke Sidratul Muntaha. sebab hingga batas inilah segala amal anak Adam di peroleh malaikat dari bumi. Sidratul muntaha yakni pohon bidara yang tidak berduri, mempunyai daun menyerupai indera pendengaran gajah yang berbuah menyerupai bejana, sebuah pohon raksasa yang tumbuh dilangit ke tujuh, hanya Allah Swt yang mengetahui besarnya pohon itu.
Dengan Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad Saw. diberi kesempatan melihat keadaan nirwana dari erat biar sanggup di ceritakan kepada Umatnya sehingga mereka tambah beriman dan tambah keyakinannya. Kemudian Nabi Saw diajak melihat keadaan neraka, berdasarkan Nabi Saw neraka yakni tempat penyiksaan. Di dalamnya ada gunung-gunung, ada sungai dan telaga dan jurang-jurang. Air sungai neraka selalu panas dan mendidih, airnya ada dari cairan timah panas, cairan tembaga merah membara, air benjol yang sangat busuk dan kedaluwarsa amis darah.
Disidratul Muntaha terjadi obrolan antara Nabi dengan Allah Swt, diantara dialognya yakni ihwal shalat lima waktu yang dia tawar hingga sembilan kali mulai dari 50 rokaat menjadi 5 rokaat. Allah Swt berfirman: “Demikianlah ketetapan yang telah saya tetapkan. Maka barang siapa yang menunaikannya dengan percaya dan mengharap keridhaan Allah, maka yang lima kali itu pahalanya menyerupai shalat lima puluh kali”.
Perjalanan Nabi Muhammad Saw. dari Makkah ke Bayt al-Maqdis, kemudian naik ke Sidratul Muntaha, bahkan melampauinya, serta kembalinya ke Makkah dalam waktu sangat singkat, merupakan tantangan terbesar setelah al-Qur’an disodorkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Peristiwa ini mengambarkan bahwa ‘ilm dan qudrat Tuhan mencakup dan menjangkau, bahkan mengatasi, segala yang finite (terbatas) dan infinite (tak terbatas) tanpa terbatas waktu atau ruang.
Peristiwa Isra’ Mi’raj bermula saat Malaikat Jibril As. menerima perintah dari Allah Swt untuk menjemput Nabi Muhammad Saw. untuk menghadap Allah Swt. Jibril membangunkan Rasul dan membimbingnya keluar Masjidil Haram ternyata diluar masjid telah menunggu kendaraan berjulukan Buraq sebuah kendaraan yang kecepatannya lebih cepat dari kecepatan rambat cahaya dan setiap langkahnya sejauh mata memandang.
Sayyid Qutub dalam kitabnya yang terkenal, Fi Zhilal al-Qur’an menyatakan, ‘‘Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yakni perjalanan yang murni pilihan daripada Zat Yang Maha Kasih dan Maha Lembut, yang menghubungkan akar kesejarahan agama-agama besar dari zaman Nabi Ibrahim dan Ismail hingga Nabi Muhammad Saw”
Menurut Tafsir al-Qurtuby, lebih kurang ada 20 teman yang meriwayatkan ihwal isra’, semua penulis kitab hadis mencantumkan ihwal hadis isra’.Menurut dia, kebanyakan hadisnya mutawatir dan shahih, diantaranya yang diriwayatkan Anas Bin Malik.
Perjalanan singkat yang penuh hikmah tersebut segera berakhir, Az-Zahri dan Urwah telah meriwayatkan, bahwa pada pagi hari setelah Rasulullah Saw. di Isra’ Mi’rajkan, saat kejadian itu diceritakan kepada orang-orang Quraisy, mereka banyak yang tidak mempercayainya, bahkan mereka mengadakan reaksi menciptakan fitnah yang keras.
Dalam hal ini, mereka pergi menuju Abu Bakar As-sidik untuk memberitahu ihwal apa yang dikisahkan oleh Muhammad dengan berkata : “Wahai Abu Bakar, sobat anda Muhammad sudah gila, ia mengaku-aku telah pergi ke Baitul Muqaddas kemudian naik kelangit hingga ke Sidratul Muntaha dan kembali lagi sebelum waktu pagi, adakah anda mempercayainya?” Abu Bakar menjawab : “Kalau memang Muhammad berkata begitu, maka saya mempercayainya”. “Engkau percaya dengan dia?, tanya mereka. Abu Bakar dengan tegas menjawab : “Ya saya percaya, dan itu niscaya benar”. Maka dari kejadian inilah Abu Bakar disebut dengan sebutan “Ash Shiddiq”.
B. Tanggapan Masyarakat Tentang Isra’ Mi’raj.
Tanggapan masyarakat ihwal Isra’ Mi’raj beragam. Dalam mempercayai kejadian Isra’ Mi’raj terdapat tiga kelompok yaitu ;
1. Kelompok yang membenarkan sepenuhnya kejadian Isra’ Mi’raj yaitu sahabat-sahabat Nabi yang memang menerima petunjuk dari Allah Swt. sehingga prasangka baik dari hati mereka lebih besar lengan berkuasa daripada kekuatan fikir yang cenderung ragu-ragu.
2. Kelompok yang ragu terhadap kejadian Isra’ Mi’raj. Mereka berasal dari kalangan teman atau pengikut Islam yang setengah terisi keyakinannya, sehingga perilaku ragu-ragu ini melahirkan kemurtadan.
3. Kelompok yang terang-terangan menolak peistiwa Isra’ Mi’raj yaitu orangorang yang intinya sudah tidak percaya pada aliran Islam.
Isra’ Mi’raj terjadi pada periode selesai kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah. Menurut Abu A’la Maududi dan lebih banyak didominasi ulama, Isra’ Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Manshurfuri, Isra’ Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, sebagian ulama menyebut terjadi pada tahun 12 kenabian.
Menurut banyak keterangan, diriwayatkan bahwa perjalanan Isra’ dimulai saat suatu malam Nabi sedang tidur di Hijr (dekat ka’bah). Malaikat jibril membangunkan Nabi hingga tiga kali, saat Nabi Saw terbangun dari tidurnya melihat ada seekor binatang yang putih antara bagal dan himar, pada kedua pahanya ada dua buah sayap yang menambah cepat jalan kedua kakinya.
Perjalanan Isra’ Nabi Muhammad Saw. dimulai dengan pesucian hati. Disebutkan dalam sebuah hadis sebelum dibawa Malaikat Jibril, Nabi dibaringkan kemudian dibelah dadanya dan dibersihkan hatinya dengan air zam zam.Apakah hati Rasulullah kotor? Pernahkah Rasulullah berbuat dosa? Apakah Rasulullah punya penyakit dendam, iri, dengki atau banyak sekali penyakit hati lainnya? Dapat kita fahami dan kita ambil pengertian bahwa dicuci hati Nabi bukan dari kotoran dosa atau ma’siat.Yang dimaksud dicuci disini yakni dikikis habis dari sifat-sifat yang tercela yang ada pada hati insan biasa.Karena sifat-sifat itu yakni penghalang dalam menghadapi masa-masa usaha seorang pemimpin apalagi seorang Rasul.
Baca Juga :
1. Pengertian Isra’ Mi’raj dan Dalil yang Berkaitan dengan Peristiwa Isra’ Mi’raj2. Rahasia Dibalik Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Perjalanan Isra’ Nabi Muhammad Saw. dimulai dengan salat sebagai rasa syukur di masjidil haram, dilanjutkan ke Thaibah (yatsrib/Madinah, tempat kemudian Nabi hijrah), Madyan (pohon Nabi Musa), Gunung tursina ( tempat Nabi Musa mendapatkan wahyu eksklusif dari Allah) dan Baitullaham (betlehem/ tempat kelahiran Nabi Isa as).
Pada setiap tempat itu Nabi Saw. melakukan shalat sunnah dua rakaat. Pada perjalanan ini, Nabi juga diperlihatkan gambaran-gambaran ihwal umatnya pada masa yang akan datang, kemudian perjalanan diakhiri dengan melakukan salat di Baitul Muqoddas (masjidil Aqsho).
Perjalanan Isra’ Nabi Saw. diakhiri dengan shalat berjama’ah dengan ruh para Nabi (kecuali Isa bin Maryam as) di Baitul Muqoddas (Masjidil Aqsha). Setelah shalat berjama’ah dilanjutkan dengan pidato sambutan dari para Nabi secara bergantian dan Nabi Muhammad Saw. mendapatkan giliran terakhir. Setelah Nabi Saw selesai mengungkapkan syukur kepada Allah Swt, datanglah bidadari dengan membawa baki berisi dua gelas minuman. Segelas berisi susu dan segelas lagi berisi arak. Nabi Saw menentukan susu, kemudian Nabi Saw meminumnya. Ketika itu Malaikat Jibril berkata :”tepat sekali pilihanmu ya Muhammad, minuman itu cocok sekali bagi fitrah manusia, semenjak ia lahir minum susu ibu, murni, orisinil dan bergizi. Seandainya engkau menentukan arak maka umatmu banyak yang mendurhakaimu dan sedikit sekali yang mengikutimu”.
Setelah Nabi-nabi mengucapkan pidato sambutan, kemudian mereka meninggalkan Masjidil Aqsha. Nabi Muhammad Saw bersama Jibril dan Mikail keluar meninggalkan masjid, di halaman masjid ada sebuah kerikil besar, diatas kerikil itulah diletakkan sebuah alat semisal tangga untuk naik ke langit.Tangga itu mempunyai anak tangga sepuluh buah.Ujung bawah tangga itu terletak diatas kerikil shakhroh atau kerikil besar. Ketika diinjak anak tangga yang pertama maka akan eksklusif mencapai langit pertama begitu seterusnya.
Dengan mengucap basmallah Nabi menaiki tangga itu bersama jibril maka dengan seketika itu telah berada dilangit pertama dimuka pintu gerbang langit pertama “Babul Hafzhah”, disitu berdiri malaikat pengawal langit pertama yang berjulukan Ismail yang mempunyai anak buah 70.000 Malaikat dan tiap-tiap Malaikat mempunyai 70.000 Malaikat. Dilangit pertama Nabi berjumpa dengan dengan Nabi Idris As. langit kedua dengan Nabi Isa As. dan Nabi Yahya As. langit ketiga dengan Nabi Yusuf As. langit keempat dengan Nabi Idris As. langit kelima dengan Nabi Harun As. langit ke enam dengan Nabi Musa As. dan langit ketujuh dengan Nabi Ibrahim as.
Kemudian dari langit ke tujuh Nabi di ajak ke Sidratul Muntaha. sebab hingga batas inilah segala amal anak Adam di peroleh malaikat dari bumi. Sidratul muntaha yakni pohon bidara yang tidak berduri, mempunyai daun menyerupai indera pendengaran gajah yang berbuah menyerupai bejana, sebuah pohon raksasa yang tumbuh dilangit ke tujuh, hanya Allah Swt yang mengetahui besarnya pohon itu.
Dengan Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad Saw. diberi kesempatan melihat keadaan nirwana dari erat biar sanggup di ceritakan kepada Umatnya sehingga mereka tambah beriman dan tambah keyakinannya. Kemudian Nabi Saw diajak melihat keadaan neraka, berdasarkan Nabi Saw neraka yakni tempat penyiksaan. Di dalamnya ada gunung-gunung, ada sungai dan telaga dan jurang-jurang. Air sungai neraka selalu panas dan mendidih, airnya ada dari cairan timah panas, cairan tembaga merah membara, air benjol yang sangat busuk dan kedaluwarsa amis darah.
Disidratul Muntaha terjadi obrolan antara Nabi dengan Allah Swt, diantara dialognya yakni ihwal shalat lima waktu yang dia tawar hingga sembilan kali mulai dari 50 rokaat menjadi 5 rokaat. Allah Swt berfirman: “Demikianlah ketetapan yang telah saya tetapkan. Maka barang siapa yang menunaikannya dengan percaya dan mengharap keridhaan Allah, maka yang lima kali itu pahalanya menyerupai shalat lima puluh kali”.
Perjalanan Nabi Muhammad Saw. dari Makkah ke Bayt al-Maqdis, kemudian naik ke Sidratul Muntaha, bahkan melampauinya, serta kembalinya ke Makkah dalam waktu sangat singkat, merupakan tantangan terbesar setelah al-Qur’an disodorkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Peristiwa ini mengambarkan bahwa ‘ilm dan qudrat Tuhan mencakup dan menjangkau, bahkan mengatasi, segala yang finite (terbatas) dan infinite (tak terbatas) tanpa terbatas waktu atau ruang.
Peristiwa Isra’ Mi’raj bermula saat Malaikat Jibril As. menerima perintah dari Allah Swt untuk menjemput Nabi Muhammad Saw. untuk menghadap Allah Swt. Jibril membangunkan Rasul dan membimbingnya keluar Masjidil Haram ternyata diluar masjid telah menunggu kendaraan berjulukan Buraq sebuah kendaraan yang kecepatannya lebih cepat dari kecepatan rambat cahaya dan setiap langkahnya sejauh mata memandang.
Sayyid Qutub dalam kitabnya yang terkenal, Fi Zhilal al-Qur’an menyatakan, ‘‘Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yakni perjalanan yang murni pilihan daripada Zat Yang Maha Kasih dan Maha Lembut, yang menghubungkan akar kesejarahan agama-agama besar dari zaman Nabi Ibrahim dan Ismail hingga Nabi Muhammad Saw”
Menurut Tafsir al-Qurtuby, lebih kurang ada 20 teman yang meriwayatkan ihwal isra’, semua penulis kitab hadis mencantumkan ihwal hadis isra’.Menurut dia, kebanyakan hadisnya mutawatir dan shahih, diantaranya yang diriwayatkan Anas Bin Malik.
Perjalanan singkat yang penuh hikmah tersebut segera berakhir, Az-Zahri dan Urwah telah meriwayatkan, bahwa pada pagi hari setelah Rasulullah Saw. di Isra’ Mi’rajkan, saat kejadian itu diceritakan kepada orang-orang Quraisy, mereka banyak yang tidak mempercayainya, bahkan mereka mengadakan reaksi menciptakan fitnah yang keras.
Dalam hal ini, mereka pergi menuju Abu Bakar As-sidik untuk memberitahu ihwal apa yang dikisahkan oleh Muhammad dengan berkata : “Wahai Abu Bakar, sobat anda Muhammad sudah gila, ia mengaku-aku telah pergi ke Baitul Muqaddas kemudian naik kelangit hingga ke Sidratul Muntaha dan kembali lagi sebelum waktu pagi, adakah anda mempercayainya?” Abu Bakar menjawab : “Kalau memang Muhammad berkata begitu, maka saya mempercayainya”. “Engkau percaya dengan dia?, tanya mereka. Abu Bakar dengan tegas menjawab : “Ya saya percaya, dan itu niscaya benar”. Maka dari kejadian inilah Abu Bakar disebut dengan sebutan “Ash Shiddiq”.
B. Tanggapan Masyarakat Tentang Isra’ Mi’raj.
Tanggapan masyarakat ihwal Isra’ Mi’raj beragam. Dalam mempercayai kejadian Isra’ Mi’raj terdapat tiga kelompok yaitu ;
1. Kelompok yang membenarkan sepenuhnya kejadian Isra’ Mi’raj yaitu sahabat-sahabat Nabi yang memang menerima petunjuk dari Allah Swt. sehingga prasangka baik dari hati mereka lebih besar lengan berkuasa daripada kekuatan fikir yang cenderung ragu-ragu.
2. Kelompok yang ragu terhadap kejadian Isra’ Mi’raj. Mereka berasal dari kalangan teman atau pengikut Islam yang setengah terisi keyakinannya, sehingga perilaku ragu-ragu ini melahirkan kemurtadan.
3. Kelompok yang terang-terangan menolak peistiwa Isra’ Mi’raj yaitu orangorang yang intinya sudah tidak percaya pada aliran Islam.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan ihwal proses terjadinya Isra’ Mi’raj dan balasan masyarakat ihwal Isra’ Mi’raj. Sumber buku Ilmu Kalam Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu etikahidupmuslim.blogspot.com semoga bermanfaat. Aamiin.