Halaman

Jumat, 04 Januari 2019

Hadits Perihal Nabi Muhammad Saw Mendapatkan Wahyu Pertama Dari Allah Swt

Dalam syariat Islam, wahyu ialah kalam atau perkataan dari Allah Swt, yang diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan mediator malaikat ataupun secara langsung. Kata "wahyu" ialah kata benda, dan bentuk kata kerjanya ialah awha-yuhi, arti kata wahyu ialah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari di jelaskan bagaimana Nabi Muhammad Saw pertama kali mendapatkan wahyu dari Allah Swt. ibarat di jelaskan dalam hadits berikut,

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ وَهُوَ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فَقَالَ اقْرَأْ

Dari Aisyah -Ibu Kaum Mu'minin-, bantu-membantu ia berkata: "Permulaaan wahyu yang tiba kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ialah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali tiba ibarat cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri, kemudian Beliau menentukan gua Hiro dan bertahannuts yaitu 'ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk bertahannuts kembali. Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai karenanya tiba Al Haq ketika Beliau di gua Hiro, Malaikat tiba seraya berkata: "Bacalah?"

قَالَ مَا أَنَا بِقَارِئٍ

Beliau menjawab: "Aku tidak bisa baca".

قَالَ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan: Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat berpengaruh kemudian melepaskanku dan berkata lagi: "Bacalah!"

قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ

Beliau menjawab: "Aku tidak bisa baca".

فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ

Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku untuk kedua kalinya dengan sangat berpengaruh kemudian melepaskanku dan berkata lagi: "Bacalah!".

قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ

Beliau menjawab: "Aku tidak bisa baca".

فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ { اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ

Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat berpengaruh kemudian melepaskanku, dan berkata lagi: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah membuat insan dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah)."

فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْجُفُ فُؤَادُهُ فَدَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَقَالَ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali kepada keluarganya dengan membawa kalimat wahyu tadi dalam keadaan gelisah. Beliau menemui Khadijah binti Khawailidh seraya berkata: "Selimuti aku, selimuti aku!".

فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ فَقَالَ لِخَدِيجَةَ وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي 

Beliau pun diselimuti hingga hilang ketakutannya. Lalu Beliau menceritakan insiden yang terjadi kepada Khadijah: "Aku mengkhawatirkan diriku".

فَقَالَتْ خَدِيجَةُ كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ

Maka Khadijah berkata: "Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selamanya, alasannya ialah engkau ialah orang yang menyambung silaturrahim."

وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ فَانْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ حَتَّى أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى ابْنَ عَمِّ خَدِيجَةَ وَكَانَ امْرَأً قَدْ تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعِبْرَانِيَّ فَيَكْتُبُ مِنْ الْإِنْجِيلِ بِالْعِبْرَانِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنْ ابْنِ أَخِيكَ

Khadijah kemudian mengajak Beliau untuk bertemu dengan Waroqoh bin Naufal bin Asad bin Abdul 'Uzza, putra paman Khadijah, yang beragama Katolik di masa Jahiliyyah, ia juga menulis buku dalam bahasa Ibrani, juga menulis Kitab Alkitab dalam Bahasa Ibrani dengan izin Allah. Saat itu Waroqoh sudah bau tanah dan matanya buta. Khadijah berkata: "Wahai putra pamanku, dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh putra saudaramu ini".

فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ يَا ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى

Waroqoh berkata: "Wahai putra saudaraku, apa yang sudah kau alami".

فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَبَرَ مَا رَأَى فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ

Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menuturkan insiden yang dialaminya. Waroqoh berkata: "Ini ialah Namus, ibarat yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Duhai seandainya saya masih muda dan saya masih hidup ketika kau nanti diusir oleh kaummu".

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Apakah saya akan diusir mereka?"

قَالَ نَعَمْ لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا

Waroqoh menjawab: "Iya. Karena tidak ada satu orang pun yang tiba dengan membawa ibarat apa yang kau bawa ini kecuali akan disakiti (dimusuhi). Seandainya saya ada ketika kejadian itu, niscaya saya akan menolongmu dengan sekemampuanku".

ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْيُ 

Waroqoh tidak mengalami insiden yang diyakininya tersebut alasannya ialah lebih dahulu meninggal dunia pada masa fatroh (kekosongan) wahyu.

قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيَّ قَالَ وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الْوَحْيِ فَقَالَ فِي حَدِيثِهِ بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَرُعِبْتُ مِنْهُ فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ إِلَى قَوْلِهِ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ } فَحَمِيَ الْوَحْيُ وَتَتَابَعَ تَابَعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ وَأَبُو صَالِحٍ وَتَابَعَهُ هِلَالُ بْنُ رَدَّادٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَقَالَ يُونُسُ وَمَعْمَرٌ بَوَادِرُهُ

[Ibnu Syihab] berkata; telah mengabarkan kepadaku [Abu Salamah bin Abdurrahman] bahwa [Jabir bin Abdullah Al Anshari] bertutur perihal kekosongan wahyu, sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ceritakan: "Ketika sedang berjalan saya mendengar bunyi dari langit, saya memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah tiba kepadaku di gua Hiro, duduk di atas dingklik antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan dan pulang, dan berkata: "Selimuti aku. Selimuti aku". Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu: (Wahai orang yang berselimut) hingga firman Allah (dan berhala-berhala tinggalkanlah). Sejak ketika itu wahyu terus turun berkesinambungan." Hadits ini juga diriwayatkan oleh [Abdullah bin Yusuf] dan [Abu Shalih] juga oleh [Hilal bin Raddad] dari [Az Zuhri]. Dan [Yunus] berkata; dan [Ma'mar] menyepakati bahwa ia mendapatkannya dari Az Zuhri. (HR. Bukhari)

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal hadits perihal Nabi Muhammad Saw mendapatkan wahyu pertama dari Allah Swt di goa hiro. Kunjungilah selalu  etikahidupmuslim.blogspot.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Facebook Twitter Google+

Back To Top