Halaman

Kamis, 03 Januari 2019

Hadits Wacana Citra Hati Yang Terserang Fitnah

Pengertian fitnah dalam bahasa sehari-hari kata ‘fitnah’ diartikan sebagai penisbatan atau tuduhan suatu perbuatan kepada orang lain, dimana sebetulnya orang yang dituduh tersebut tidak melaksanakan perbuatan yang dituduhkan. Maka sikap tersebut disebut memfitnah.

Al-Raghib Al-Ashfahani, dalam mufradat-nya, menjelaskan bahwa fitnah terambil dari akar kata fatana yang pada mulanya berarti “membakar emas untuk mengetahui kadar kualitasnya”. Kata tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an yang artinya “memasukkan ke neraka” atau “siksaan”

Sedangkan berdasarkan istilah yaitu menjelek-jelekan orang lain dengan tujuan penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan untuk menindas. Fitnah sanggup juga diartikan meng-ada-adakan yang tidak ada dan meniadakan yang ada.

Adapun citra hati insan yang terserang fitnah di jelaskan dalam hadits Rasulullah Saw yang di riwiyatkan oleh imam Muslim sebagai berikut,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ يَعْنِي سُلَيْمَانَ بْنَ حَيَّانَ عَنْ سَعْدِ بْنِ طَارِقٍ عَنْ رِبْعِيٍّ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ كُنَّا عِنْدَ عُمَرَ فَقَالَ أَيُّكُمْ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ الْفِتَنَ فَقَالَ قَوْمٌ نَحْنُ سَمِعْنَاهُ فَقَالَ لَعَلَّكُمْ تَعْنُونَ فِتْنَةَ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَجَارِهِ قَالُوا أَجَلْ قَالَ تِلْكَ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَلَكِنْ أَيُّكُمْ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ الْفِتَنَ الَّتِي تَمُوجُ مَوْجَ الْبَحْرِ قَالَ حُذَيْفَةُ فَأَسْكَتَ الْقَوْمُ فَقُلْتُ أَنَا قَالَ أَنْتَ لِلَّهِ أَبُوكَ قَالَ حُذَيْفَةُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتْ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ قَالَ حُذَيْفَةُ وَحَدَّثْتُهُ أَنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا مُغْلَقًا يُوشِكُ أَنْ يُكْسَرَ قَالَ عُمَرُ أَكَسْرًا لَا أَبَا لَكَ فَلَوْ أَنَّهُ فُتِحَ لَعَلَّهُ كَانَ يُعَادُ قُلْتُ لَا بَلْ يُكْسَرُ وَحَدَّثْتُهُ أَنَّ ذَلِكَ الْبَابَ رَجُلٌ يُقْتَلُ أَوْ يَمُوتُ حَدِيثًا لَيْسَ بِالْأَغَالِيطِ قَالَ أَبُو خَالِدٍ فَقُلْتُ لِسَعْدٍ يَا أَبَا مَالِكٍ مَا أَسْوَدُ مُرْبَادًّا قَالَ شِدَّةُ الْبَيَاضِ فِي سَوَادٍ قَالَ قُلْتُ فَمَا الْكُوزُ مُجَخِّيًا قَالَ مَنْكُوسًا

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdullah bin Numair] telah menceritakan kepada kami [Abu Khalid] -yaitu Sulaiman bin Hayyan- dari [Sa'ad bin Thariq] dari [Rib'i] dari [Hudzaifah] ia berkata, "Umar pernah bertanya kepadaku dikala saya bersamanya, 'Siapakah di antara kau yang pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. meriwayatkan wacana fitnah (ujian)? '

Para Sahabat menjawab, 'Kami pernah mendengarnya! '

Umar bertanya, 'Apakah kau bermaksud fitnah seorang lelaki bersama keluarga dan tetangganya? '

Mereka menjawab, 'Ya, benar.'

Umar kemudian berkata, 'Fitnah tersebut sanggup dihapuskan oleh shalat, puasa, dan zakat. Tetapi, siapakah di antara kau yang pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda wacana fitnah yang bergelombang sebagaimana gelombangnya lautan? ' Hudzaifah berkata, 'Para Sahabat terdiam.'

Kemudian Hudzaifah berkata, 'Aku, wahai Umar! '

Umar berkata, 'Kamu! Ayahmu sebagai tebusan bagi Allah.'

Hudzaifah berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Fitnah akan dipaparkan pada hati insan bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara tegak menyilang antara satu sama lain). Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, pasti akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan kerikil licin yang tidak lagi terkena ancaman fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan menyerupai bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya."

Hudzaifah berkata, "Dan saya menceritakannya bahwa antara kau dan fitnah tersebut ada pintu penghalang yang tertutup yang hampir pecah."

Umar berkata, "Apakah telah dibelah dengan suatu belahan, kau tidak mempunyai bapak (maksudnya kau perlu bekerja keras), sekiranya benar pasti akan dikembalikan lagi (tertutup)." 

Aku berkata, "Tidak, bahkan dibelah." Dan saya menceritakan bahwa pintu itu yaitu seorang pria yang dibunuh atau meninggal (maksudnya pintu fitnah dibuka sehabis meninggalnya Umar, ed.), saya menceritakan sebuah hadits bukan dari (mengutip) kitab yang tebal (perjanjian gres dan lama)."

Abu Khalid berkata, saya berkata kepada Sa'ad, "Wahai Abu Malik, "Apa maksud hitam keabu-abuan?" Sa'd menjawab, "Maksudnya sangat putih dalam hitam." Dia berkata, "Aku berkata, 'Maka maksud al-Kuz Mujakhkhiya'. Dia menjawab, 'Maksudnya bengkok'." (HR. Muslim)

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana pengertian fitnah dan hadits Rasulullah Saw wacana citra hati yang terserang fitnah. Kunjungilah selalu etikahidupmuslim.blogspot.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Facebook Twitter Google+

Back To Top